Bengkulu - Organisasi Peduli Perempuan, Cahaya
Perempuan Womens Crisis Center (WCC) menyebutkan sejak awal 2017 hingga saat
ini terjadi 28 kasus kekerasan seksual di Provinsi Bengkulu. "Itu yang
kami dampingi saja, masih ada kasus lainnya yang didampingi oleh organisasi
lain," kata Direktur Cahaya Perempuan WCC Artety Sumeri di Bengkulu,
(2/2).
Menurut dia, perlu perhatian lebih dari semua
kalangan untuk mengurangi kasus kekerasan seksual itu, khususnya yang terjadi
pada perempuan dan anak.
"Masyarakat harus diedukasi lagi agar tidak
menjadi korban atau pun pelaku, ke depan juga penting adanya kurikulum khusus
di sekolah terkait ini," kata dia.
Penyebab tingginya kekerasan seksual, lanjut dia,
salah satunya karena kurangnya pengetahuan dan kesadaran keluarga mengenai
kesehatan seksual dan reproduksi.
Ditambah lagi, sebagian besar warga masih menganggap
tabu jika membicarakan tentang alat reproduksi, sehingga anak-anak tidak
mendapatkan pengetahuan yang cukup tentang itu.
"Karena awam, anak-anak menjadi rentan terhadap
kekerasan dan pelecehan seksual, mereka juga tidak cakap mengenali adanya
bahaya di sekelilingnya," kata Artety.
Dalam memperingati Hari Kesehatan Seksual, Cahaya
Perempuan WCC bersama organisasi perempuan yang ada di Bengkulu melakukan
kegiatan diskusi kritis mencoba merangkum program edukasi kesehatan reproduksi
keluarga.
"Pada dasarnya keluarga merupakan basis
pertahanan pertama dan tempat terbaik untuk memberikan pendidikan kesehatan
reproduksi, dan mencegah terjadinya kekerasan seksual," ujarnya.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar